Langsung ke konten utama

Pendatang Baru Menggebrak Pasar CDMA



Thursday, August 23rd, 2007

oleh : admin
Dari rentang produk, Nexian punya lebih banyak tipe. Setidaknya ada 9 model handset CDMA, fixed line, dan satu dual mode. Untuk harga pun Nexian menggebrak pasar dengan banderol mulai Rp 300 ribu hingga Rp 2,5 juta. Padahal, saat Nexian diluncurkan Februari 2006, harga pasaran ponsel CDMA di atas Rp 500 ribu. Maka, ramailah merek CDMA lain latah mengeluarkan produk sejenis di harga Rp 300 ribuan.
Lantas, siapa sosok di balik kesuksesan Nexian? Martono Jaya Kusuma, Presdir IPI, adalah orangnya. Walaupun produk yang dibesarkannya masih bau kencur, Martono adalah orang lawas di industri ponsel. Sebelum memimpin 900 karyawan Nexian, Martono sempat menjadi General Manager Sanex Motor dan Sanex Tel (produsen ponsel Sanex). “Namur, karena berbeda visi dengan para komisaris Sanex, saya putuskan untuk membangun usaha sendiri,” ungkap Martono.
Sebelum keluar dari Sanex, sebenarnya Martono sudah menyambi berbisnis sendiri, dengan mengibarkan bendera PT Hexindo Internasional. Ini adalah perusahaan importir, pemasaran, dan distributor handset CDMA, serta penyedia jasa terminal fixed gà reles. Pada 2005, lini bisnis Hexindo bertambah dengan menjadi distributor handset GSM merek BenQ dan penyedia jasa wireless broadband. Alhasil, nama perusahaan juga berganti menjadi PT Metrotech Jaya Komunika.
Menurut Martono, pada 2006 Metrotech menggandeng beberapa mitra membentuk perusahaan baru untuk memproduksi handset CDMA lokal merek Nexian. Nah, konsorsium anyar inilah yang diberi nama IPI. Anggotanya meliputi Metrotech (spesialis pemasaran dan distribusi handset), PT Inti (BUMN manufaktur peranti telekomunikasi nasional), PT J-Tech Manufacturing (pabrikan plastic injection molding, printing, painting & assembling), serta PT Airwave Technology (PMA bidang industri telekomunikasi dengan teknologi Korea). Mereka bertekad serius menggarap pasar CDMA dengan terus meningkatkan konten lokal secara bertahap.

Keseriusan Nexian juga ditunjukkan dengan melakukan kegiatan pemasaran secara agresif. Martono cukup piawai menggandeng beberapa pihak untuk co-branding. Pertama, dengan PT Telkom, merilis FlexiHome Package untuk pembelian telepon fixed line. Co-branding ini berhasil meningkatkan penjualan hingga 72 ribu unit. Kerja sama co-branding juga dilakukan dengan Indosat (Star One Bundling — Nexian NX-800 dan NX960 dapat bonus kartu Star One), dan Bakrie Telkom (Esia Bundling — beli NX-800 dan NX-910 gratis kartu Esia). Ia mengklaim, co-branding ini mampu membuat 45% pelanggan Esia memakai Nexian, lalu 50% pelanggan Flexi beralih ke Nexian, dan 10% pelanggan Star One juga berpindah ke Nexian.
Selain operator seluler, Nexian juga melakukan co-branding dengan dunia perbankan. Misalnya, Bank Lippo, lewat program Specta Pay 0% bagi pemegang kartu kredit Lippo untuk pembelian ponsel Nexian NX-200D dan program Smart Pay dengan Bank Mega. “Tiap hari ada order Nexian lumayan banyak, sehingga kami kehabisan stok. Selain mutu produk dan layanan pascajual Nexian bagus, program kerja sama dengan LippoBank menarik karena kita tawarkan cicilan 6 bulan tanpa bunga,” papar David Lainien Layardi, VP Divisi Credit Card Usage LippoBank. Strategi co-branding diakui Martono cukup mengurangi biaya promosi, karena beban biaya bisa dipikul bersama mitra, kendati tak selamanya ditanggung sama rata alias 50:50.
Untuk mendukung pelayanan, Nexian memiliki 28 titik layanan pascajual dan distribusi di 28 kota besar di 18 provinsi Indonesia. “Servis kami pandang penting. Biarpun iklan 20 kali dan banyak yang beli, kalau barangnya kemudian rusak dan tidak ada servisnya, ya percuma. Dengan punya pusat service ini, kami harapkan konsumen akan makin percaya,” ia mengungkapkan.
Distributor dan toko-toko ponsel mengakui Nexian sebagai bintang baru yang tengah bersinat di pasar CDMA. Jaringan Telesindo yang berjumlah 300, umpamanya, tidak sekadar menjual Nexian, tapi juga berfungsi sebagai collect point, dan ternyata konsumen merespons dengan antuasis. “Di Kalimantan, penjualan Nexian per bulan mencapai 2.000 unit, pulau lain berkisar 1.500-2.000 unit, dan di Jawa bisa 2-3 kali lipatnya,” ujar Redi Sopyandi, GM Pemasaran dan Penjualan Telesindo Shop. Posisi penjualan Nexian di gerai Telesindo mendominasi 50% untuk handset CDMA. Angka ini dikatakan Redi cukup tinggi mengingat merek lokal yang lain tidak ada yang pernah mencapai sebesar itu.
Penjualan Nexian di toko-toko kawasan ITC Roxy Mas dan Pusat Grosir Cililitan juga bagus. A Hin, pemilik dua konter ponsel di wilayah ini, mengatakan, penjualan Nexian lebih unggul dibandingkan CDMA lain seperti Inco, Sanex, dan Pantech. “Sehari kami bisa jual Nexian 10 unit/konter, sementara merek CDMA lain hanya 5-6 unit,” katanya.
Nexian menargetkan penjualan 1 juta unit hingga akhir 2007, mencapai 5% dari total pangsa pasar CDMA. Selain itu, juga memproduksi 100% handset CDMA, sehingga tidak sekadar merakit. September nanti, Nexian akan memiliki 12 priority store sendiri.
Eva Martha Rahayu/Afiff Maulana Dewanda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Product Bundling VS Price Bundling

Banyak perusahaan yang melakukan bundling, karena memang bundling ini terbukti cukup ampuh untuk mendongkrak penjualan, hal ini dapat dilihat dari beberapa fakta mengenai keberhasilan operator telekomunikasi dalam meningkatkan penjualan kartu perdannya saat di bundling dengan handphone-handphone seluler. Bundling banyak diimplementasikan oleh perusahaan-perusahaan baik penyedia jasa ataupun barang, seperti contonhya, paket makanan di McD, KFC, atau saat McD menawarkan mainan anak-anak  bersama dengan paket menu, hal tersebut pun termasuk bundling, atau paket perjalanan yang ditawrkan travel agent dan juga penjualan PC (komputer). Namun ada beberapa hal mengenai bundling yang perlu diperhatikan, salah satunya yaitu seperti judul dari postingan ini. Namun sebelum menuju ke perbedaa antara product bundling dan price bundling, sebaiknya kita mengetahui pengertian bundling itu sendiri. Bundling Menurut stremersch and tellis (2002) bundling is the sale of two or more separate products

Bad Experience @Stroberi BIP

You know whaaatt??  para kaum hawa pasti tau kaan stroberi..itu yang jual accesoris untuk wanita yang mayoritas interiornya berwarna pink. Saya mau berbagi pengalaman buruk nih ttg pelayanan stroberi, khususnya stroberi yang ada di Bandung Indah Plaza alias BIP. Sebenernya banyak banget sih faktor yang gag menyenangkan di stroberi, pertama sih diem ajah, tapi kejadian terakhir yang saya alami bener-bener menyebalkan, sebelumnya saya jelaskan dulu, nilai minus dari dstroberi BIP ini.. 1. Harga accesoris terlalu mahal, memang siih soal tempat dan segmen menengah ke atas, tapi kalo diliat barangnya kayaknya sama ajah, 2. Pelayanannya, terutama ada beberapa SPG yang belagu..mereka pikir dengan jadi SPG di stroberi terus mereka bisa famous dan terkenal?? (ingat customer adalah raja), paling sebel lagi kalo misal cuma beli barang beberapa item aja yang nilai nominalnmya gag besar, kayaknya pandangan para SPG nya sinis gituu (bukan gag mampu beli mba, emang gag lagi butuh banyak aja, lagian d

Learn From Them

Ketika kamu berada di lingkungan yang membuat mu merasa tidak nyaman dengan segala dan berbagai sifat dan karakter individu, maka ambilah pelajaran dari kondisi tersebut, apa yang membutmu tidak nyaman, dan jangan lakukan itu terhadap orang lain. So, Enjoy Your Day ..! :)